Thursday 7 April 2016

Kisah Pendiri WhatsApp



Jan Koum, pendiri WhatssApp, lahir dan besar di Ukraina dari keluarga yang relatif miskin. Saat itu 16 tahun, Ia nekad pindah ke Amerika, demi mengejar apa yang kita kenal sebagai " American Dream".

Pada usia 17 tahun, ia hanya bisa makan dari jatah pemerintah. Ia nyaris menjadi gelandangan. Tidur beratap langit, beralaskan tanah. Untuk bertahan hidup, dia bekerja sebagai tukang bersih - bersih supermarket. " Hidup begitu pahit " . Koum membatin.

Hidup nya kian terjal saat ibu nya didiagnosa kanker. Mereka bertahan hidup hanya dengan tunjangan kesehatan seadanya. Koum lalu kuliah di San Jose University. Tapi kemudian ia memilih drop out, karena lebih suka belajar programming secara autodidak.

Karena keahlian nya sebagai programmer. Jan Koum di terima bekerja sebagai engineer di yahoo!. Ia bekerja di sana selama 10 tahun. Di tempat itu pula, ia berteman akrab dengan Brian Acton.

Kedua nya membuat aplikasi WhatsApp tahun 2009, setelah resign dari yahoo!. Kedua nya sempat melamar ke Facebook yang tengah mananjak popularitas nya saat itu, namun di tolak, Facebook mungkin kini sangat menyesal pernah menolak lamaran mereka.

Setelah WhatsApp resmi di beli Facebook dengan harga 19 milliar dollar AS ( Sekitar Rp. 24 Trilliun ) beberapa hari lalu, Jan Koum melakukan ritual yang mengharukan. Ia datang ke tempat dimana ia dulu, saat umur 17 tahun, setiap pagi antre untuk mendapatkan jatah makanan dari pemerintah. Ia menyandarkan kepala nya ke dinding tempat ia dulu antre. Mengenang saat - saat sulit, di mana bahkan untuk makan saja ia tidak punya uang.. Pelan-pelan, air mata nya meleleh. Ia tidak pernah menyangka perusahaan nya di beli dengan nilai setinggi itu.

Ia lalu mengenang ibu nya yang sudah meninggal karena kanker. Ibunya yang rela menjahit baju buat dia demi menghemat. " Tak ada uang, Nak....". Jan Koum tercenung. Ia menyesal tak pernah bisa mengabarkan berita bahagia ini kepada ibu nya.




Rezeki datang dari arah dan bentuk yang tidak terduga. Remaja miskin yang dulu dapat jatah makan itu kini jadi triliuner.

No comments:

Post a Comment